Tuesday, December 21, 2010

kemenangan ini milik kita

ringan seperti bunga ilalang yang terbang bebas menuju langit.

itulah yang aku rasakan ketika tim Program Dokumenter REFLEKSI disebut sebagai penerima Anugerah Adiwarta Sampoerna 2010 kategori Liputan Dokumenter Televisi Lokal dengan judul liputan dokumenter "Demi Goresan Kapur".

sebenarnya, REFLEKSI mengikut sertakan 2 film dokumenter. film yang satunya berjudul "biarkan kami memilih". keduanya terpilih menjadi finalis.

bangga.

terharu.

sesaat semua tekanan dan ketidakpuasan menguap bersama tepuk tangan meriah.

siapa aku? siapa kami?

aku bergabung dengan Program Dokumenter REFLEKSI terbilang sangat baru. sejak 2008. sampai sekarang aku masih tergagap-gagap mengerjakan setiap project. rasa cemas yang bikin perutku bergejolak sering menghadang setiap kali memulai sebuah riset. lakukan keputusan yang bijak dalam waktu yang singkat, begitu selalu produser kami katakan. ah, masih banyak yang harus aku pelajari, alami, dan rasakan.

tapi ada beberapa hal yang membuatku lega dan percaya diri. ada kameramen dan editor yang selalu punya ide-ide cemerlang. begitu kooperatif. senang rasanya aku bisa menerawang isi kepalanya yang seperti gulungan pita film. lega rasanya kita bisa berargumentasi dan terbuka terhadap ide masing-masing. ada produser yang dengan hati lapang dan bijak selalu membesarkan hati setiap kali putus asa meradang. seperti seorang kakak yang selalu menghargai ide yang paling gila sekalipun. ada lagi teman-teman yang selalu menceriakan lantai enam dengan candaan mereka. membuat semua tekanan menjadi sesuatu yang lucu yang pantas kita tertawakan.

kemenangan ini adalah buah. buah dari usaha kita untuk belajar tanpa henti. sekian film dokumenter dan fiksi telah ditonton. setumpuk buku telah terbaca. sekian banyak energi telah habis hanya untuk berdebat dan mengutuk keadaan. kita jatuh dan marah. lalu bangkit lagi. lalu hancur lagi. tapi semangat untuk menjadi pemenang, paling tidak atas rasa putus asa ini, selalu ada.

kemenangan ini bukan absolut milik tim REFLEKSI. ada peran narasumber di sana. orang-orang biasa yang melakukan hal-hal luar biasa. mereka membuka pintu rumahnya lebar-lebar untuk kita. mereka merunut sejarah hidupnya untuk kita catat. mereka membagi energi, cita-cita, dan harapan mereka pada kita. mereka mempercayakan semua itu untuk kita bawa ke lantai enam. lalu kita tinggal meramunya menjadi sebuah tayangan yang bernuansa cinta kasih.

ketika sebuah produksi mendapat penghargaan, dinilai sebagai yang terbaik, maka si empunya cerita adalah pemilik penghargaan itu juga.

aku berharap kemenangan ini menjadi sebuah momen yang kita miliki bersama. momen yang membuat kita memiliki sebuah acuan baru dalam memproduksi sebuah tayangan televisi. momen yang akan selalu mengingatkan bahwa kita memiliki kesempatan yang sama. kecewa, bosan, dan putus asa adalah hal yang biasa dan wajar. tapi kita tidak pernah sendiri kan? we're on a team! kita punya teman-teman yang tangan mereka menggenggam erat hati kita, yang bersama mereka kita bisa menjadi yang terbaik.

Monday, December 6, 2010

lebih dari sekedar membicarakan orang lain

gosip.

aku mungkin orang yang tidak terlalu memberi perhatian pada kegiatan ini. mungkin ada orang yang melakukannya pada aku. dan aku mungkin melakukannya sesekali. bagi banyak orang, bergosip seringkali dianggap hanya kegiatan yang wajar-wajar saja. membicarakan orang-orang yang kita kenal.

tapi aku baru saja menyadari bahwa gosip bisa menjadi sangat berbahaya dan menimbulkan rasa tidak nyaman. meski kegiatan bergosip itu pada awalnya dilakukan dengan maksud baik, lalu diikuti dengan aksi dengan tujuan yang baik juga. namun, tetap saja tidak nyaman buat si objek gosip.

semuanya berawal dari pesta ulang tahun dadakan yang dilakukan keluarga Bunga (bukan nama sebenarnya) untuk Rara. keesokan harinya Bunga meminta maaf karena ulang tahun Rara digunakan sebagai momen untuk menghibur eyang kakung Rara. Bunga juga mengirimkan foto-foto.

Bunga dan anggota keluarga yang lain merasa perlu mengadakan pesta ulang tahun itu agar eyang kakung Rara yang sedang bergulat dengan kanker senang dan bersemangat kembali. Bunga dan keluarganya melihat eyang kakung Rara berjuang sendiri dengan penyakitnya. sementara istrinya-eyang putri kerap mengeluarkan kalimat-kalimat yang mematahkan semangat. eyang kakung mengeluhkan eyang putri yang tidak pernah mengerti bagaimana memasak makanan yang cocok dengan seleranya. kurang garam. terlalu matang. terlalu asin. eyang kakung beralasan makanan yang tidak sesuai dengan seleranyalah yang membuat dia malas makan. sekarang dia sangat kurus dan penuh kesedihan.

intinya menurut bunga dan keluarganya, eyang putri rara tidak perhatian dan kurang sabar merawat eyang kakung yang sekarat.

aku merasa geli. geli luar biasa.

pertama, aku jadi tahu bahwa bunga dan keluarganya kerap membicarakan keluarga kami.

kedua, eyang kakung dan eyang putri hanyalah salah satu subjek. subjek lainnya bisa jadi aku, suamiku, anakku, mungkin orangtuaku juga. who knows?

ketiga, setelah bergosip mereka bereaksi. menurutku, aksinya baik. sangat baik malah. tapi alasannya salah. sangat salah.

orang mungkin berpikir, untuk apa sih aku meributkan latar belakangnya? kenapa tidak melihat output-nya saja? aku sudah mengucapkan terimakasih pada Bunga. tapi alasan mereka membuat aku tidak nyaman.

untuk menghentikan gosip mereka agar tidak melebar kemana-mana, aku menjelaskan kepada bunga situasi yang sebenarnya. sebenarnya aku tidak terlalu sepakat dengan kegiatan "penjelasan" ini, tapi aku berharap mereka mengubah pandangan mereka mengenai keluarga kami. terutama mengenai hubungan eyang kakung dan eyang putri.

aku kemudian menjaga jarak dengan keluarga Bunga. oleh eyang kakung dan eyang putri Rara, keluarga mereka dianggap seperti keluarga sendiri. tapi kenyataannya tidak seperti itu. keluarga Bunga seperti penusuk dari belakang, stabber. dari sini aku belajar untuk berhati-hati dengan omonganku mengenai orang lain. agar orang lain tidak terluka karena omonganku.

dan menjadi sadar pula aku, betapa kegiatan gosip ini membuat orang lain cemas dan tidak nyaman. kegiatan yang tadinya hanya membicarakan orang-orang yang kita kenal bisa berubah menjadi penghakiman dan penilaian yang tidak adil.